Jumat, 23 Mei 2014

Desa Siem, Satu-Satunya Penghasil Kain Tenun Songket Aceh

Selain tenun ikat, tenun songket juga banyak diburu oleh pecinta kain nusantara. Kain tenun yang menggunakan benang tambahan berupa benang emas atau perakini, banyak terdapat di daerah Sumatera. Salah satunya adalah Aceh.

Jika berkunjung ke Aceh, datanglah ke Desa Siem. Desa ini terletak di Kecamatan Darussalam, sekitar 30 menit dari Banda Aceh dengan mengendarai mobil. Dari sekian banyaknya penghasil Songket di Sumatera, Desa Siem menjadi satu-satunya desa penghasil kain tenun di Aceh, yang masih bertahan.

Usaha tenun songket Aceh bermula tahun 1973. Saat itu ada seorang perempuan yang sangat peduli pada kain warisan nenek moyang ini. Dia bertekad untuk terus melestarikan kain tenun songket, dan mulai mendirikan usaha. Nama perempuan itu adalah Maryamun, yang biasa dipanggil Nyak Mu.


Saat menjalankan usaha kain songketnya, Nyak Mu tidak menyimpan ilmunya sendiri. Dia membagi-bagikan ilmunya pada siapa saja yang mau belajar membuat tenun songket. Kesempatan ini disambut baik. Jadilah Nyak Mu sebagai guru menenun bagi perempuan-perempuan dari seluruh penjuru Aceh. Ketika murid-murid itu sudah pandai, Nyak Mu mengizinkannya untuk membuka usaha di tempat masing-masing.

Begitu besarnya tekad Nyak Mu untuk melestarikan kain tenun songket Aceh, sehingga dia tetap menenun ketika Aceh dilanda konflik. Halangan sebesar apa pun, tidak menyurutkan niat itu. Tak jarang perempuan ini menenun di tengah suara tembakan yang bertubi-tubi. Bahkan, kadang-kadang Nyak Mu harus tiarap untuk berlindung.

Kesulitan bertambah besar ketika para petani ulat sutra tidak mau lagi bertanam. Bahan baku pun sulit didapat. Akhirnya, banyak usaha tenun songket yang gulung tikar. Nyak Mu memilih bertahan. Kreativitasnya tidak surut begitu saja. Bahkan, perempuan bersahaja ini aktif menciptakan motif. Pintu Aceh dan bungong kertah adalah motif-motif ciptaan Nyak Mu.

Kini, Nyak Mu telah tiada. Usaha kain tenun songketnya dilanjutkan oleh anak perempuannya yang bernama Dahlia. Desa Siem menjadi satu-satunya desa penghasil songket di Aceh, dengan beberapa penenun yang bekerja sesuai arahan Dahlia. Setiap harinya, para pekerja itu menenun 2.000-an benang, menggunakan 8 alat tradisional yang tersedia. Mereka bekerja pukul 08.00-17.30 WIB. Seorang penenun dapat menghasilkan selembar kain tenun songket, dalam 20 hari.

Kain-kain yang dihasilkan dijual dengan harga Rp 1,2 juta. Ada juga kain tenun berbahan katun, yang dijual dengan harga lebih murah, yaitu Rp 500.000 - Rp 800.000. Berminat? Catat Desa Siem sebagai tujuan wisata ketika berada di Aceh, ya.


Sumber: http://ikatindonesia.com/2013/06/desa-siem-satu-satunya-penghasil-kain-tenun-songket-aceh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar