Sabtu, 13 September 2014
Kamis, 12 Juni 2014
Kisah di Balik Sehelai Kain
Ruangan
berdinding putih lusuh itu sangat sederhana. Namun, di ruangan yang menyimpan
delapan alat tenun tradisional dari kayu dan bambu itulah, wanita-wanita Desa
Siem melestarikan tenun khas Aceh yang terkenal indah. Menurut
Dahlia, salah satu penenun, Desa Siem, Kecamatan Darussalam, –yang dapat
dicapai dalam 30 menit dengan bermobil dari kota Banda Aceh--menjadi
satu-satunya desa yang masih bertahan menghasilkan kain tenun Aceh.
Ketika femina
berkunjung, tampak beberapa wanita menekuni alat tenun masing-masing. Mereka
menenun helai demi helai dari sekitar 2.000 benang. Cerita tentang songket Desa
Siem diawali oleh (alm) Maryamun (Nyak Mu), seorang wanita yang mendedikasikan
sepanjang hidupnya untuk merawat warisan leluhurnya.
Nyak Mu, yang
sudah meninggal 3 tahun lalu, mendirikan usaha tenun songket Aceh sejak tahun
1973. Ia mengajari wanita-wanita yang datang dari Aceh Timur, Lamno, Aceh
Besar, serta Banda Aceh, menenun. Setelah mahir, mereka membuka usaha sendiri
di desa asalnya.
Label:
Artikel,
Awan Siung,
Berita,
Bungong Kertah,
Desa Siem,
Kearifan Lokal,
Lidah Suing,
Nyak Mu,
Pinto Aceh,
Pucuk Rebung,
Songket Aceh,
Songket Aceh Nyak Mu,
Tenun Aceh
Nyak Mu, Menjaga Tradisi Tenun Songket Aceh
Oleh : Ahmad Arif
Keseharian Maryamun (70) memang tak pernah jauh dari selembar kain. Dari tangan perempuan tua itu telah terjaga sebuah tradisi Aceh. Melewati empat periode peperangan, yang disusul bencana tsunami. Perempuan itu telah menjaga dan mewariskan sebuah tradisi penciptaan tenun songket Aceh kepada generasi yang lebih muda.
Sejak mendirikan usaha tenun songket Aceh pada tahun 1973, Maryamun atau biasa dipanggil Nyak Mu—nyak adalah panggilan di Aceh untuk perempuan tua—telah menjadi guru bagi ratusan perempuan Aceh yang datang dari Aceh Timur, Lamno, Aceh Besar, serta Banda Aceh. Mereka berguru ke Nyak Mu di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, dan setelah mahir membuka usaha sendiri di desa asalnya.
Nyak Mu tak hanya fasih meniru motif tradisional, tetapi juga mahir menciptakan motif baru. Puluhan motif baru telah diciptakannya, di antaranya pintu Aceh dan bungong kertah. Motif-motif tradisional dan ciptaan Nyak Mu itu kemudian dibukukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tahun 1992.
Di era 1980-an hingga awal 1990-an, karya Nyak Mu dijual dan dipamerkan di Jakarta, Bali, hingga Sri Langka, Singapura, dan Malaysia. Di sejumlah tempat itu, Nyak Mu ikut berpameran atau mendemonstrasikan keahliannya membuat songket Aceh. Atas usahanya, pada tahun 1991, Nyak Mu mendapat penghargaan upakarti.
Keseharian Maryamun (70) memang tak pernah jauh dari selembar kain. Dari tangan perempuan tua itu telah terjaga sebuah tradisi Aceh. Melewati empat periode peperangan, yang disusul bencana tsunami. Perempuan itu telah menjaga dan mewariskan sebuah tradisi penciptaan tenun songket Aceh kepada generasi yang lebih muda.
Sejak mendirikan usaha tenun songket Aceh pada tahun 1973, Maryamun atau biasa dipanggil Nyak Mu—nyak adalah panggilan di Aceh untuk perempuan tua—telah menjadi guru bagi ratusan perempuan Aceh yang datang dari Aceh Timur, Lamno, Aceh Besar, serta Banda Aceh. Mereka berguru ke Nyak Mu di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, dan setelah mahir membuka usaha sendiri di desa asalnya.
Nyak Mu tak hanya fasih meniru motif tradisional, tetapi juga mahir menciptakan motif baru. Puluhan motif baru telah diciptakannya, di antaranya pintu Aceh dan bungong kertah. Motif-motif tradisional dan ciptaan Nyak Mu itu kemudian dibukukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tahun 1992.
Di era 1980-an hingga awal 1990-an, karya Nyak Mu dijual dan dipamerkan di Jakarta, Bali, hingga Sri Langka, Singapura, dan Malaysia. Di sejumlah tempat itu, Nyak Mu ikut berpameran atau mendemonstrasikan keahliannya membuat songket Aceh. Atas usahanya, pada tahun 1991, Nyak Mu mendapat penghargaan upakarti.
Selasa, 27 Mei 2014
Busana Muslim Fitri Aulia Terpikat Budaya Aceh
Jakarta - Dalam
brand Fitri Aulia, sang desainer Fitri menuangkan kekayaan nusantara melalui
songket Aceh di perhelatan ajang 'Indonesian Islamic Fashion Fair' (IIFF) 2013
belum lama ini di Jakarta Covention Center (JCC) Senayan Jakarta.
Di mana, sang desainer satu ini - yang juga keturunan Aceh
menyadari betul bahwa Aceh yang dijuluki kota Serambi Mekah identik dengan
nilai-nilai Islam. Hal ini pun coba dibuktikan Fitri dalam mengeksplorasi
karya-karyanya yang terdapat ragam makna motif khas dari songket atau batik
Aceh itu sendiri.
"Dari bahan songket tadi tercipta busana muslim bermotif
Pinto Aceh atau Pucuk Rebung," ujar Fitri.
Songket Tjut Nyak Dhien ke Paris
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai perempuan berdarah Aceh, desainer kebaya Amy Atmanto, 38 tahun, tergerak mengembalikan kejayaan kain tenun Aceh yang motifnya memikat dan indah serta halus seperti sutra. Berdua dengan sahabatnya, aktris yang juga berdarah Aceh, Cut Yanti, perancang kebaya ini juga saling memberi motivasi agar songket Aceh lebih meluas ke tengah masyarakat.
Walhasil mereka menggagas perkumpulan CInta Kain Aceh. Perkumpulan ini diresmikan pada 14 Oktober lalu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, didukung oleh istri Gubernur Aceh, Darwati Irwandy Yusuf, dan pelindung Ny. Mutia Azwar Abubakar, istri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. “Kini industri kecil yang belakangan lesu ini akan dikembangkan lagi,” kata dia.
Walhasil mereka menggagas perkumpulan CInta Kain Aceh. Perkumpulan ini diresmikan pada 14 Oktober lalu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, didukung oleh istri Gubernur Aceh, Darwati Irwandy Yusuf, dan pelindung Ny. Mutia Azwar Abubakar, istri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. “Kini industri kecil yang belakangan lesu ini akan dikembangkan lagi,” kata dia.
Sabtu, 24 Mei 2014
Sejarah Kejayaan Tenun Songket Aceh
Memasuki Desa Siem di
Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, terlihat suasana kampung yang tenang
layaknya sebuah perkampungan yang jarang dikunjungi oleh pendatang. Ruas jalan
berlubang di sana sini mulai dari persimpangan Tungkop hingga ke tempat tujuan.
Membuat perjalanan menjadi sedikit agak membosankan bahkan melelahkan.
Namun siapa sangka,
ratusan tahun silam di desa ini terdapat sebuah peternakan dan pengembang
biakan kepompong yang menghasilkan benang sutera dan hasilnya dijual ke negara
lain.
Di ujung gang yang
tertulis Lorong Tenun Songket, tinggal seorang wanita yang pada masa kejayaan
kerajinan tersebut adalah cucu dari peternak sekaligus ulat sutera sekaligus
pemilik usaha tenun songket.
Informasi dan Pemesanan
Untuk info & pemesanan bisa menghubungi kami:
Mobile/Handphone: 085260329541 (Bapak Ansari)
E-mail: songket.nyakmu@gmail.com
Twitter: https://twitter.com/songketnyakmu ( @songketacehnyakmu )
Jumat, 23 Mei 2014
Desa Siem, Satu-Satunya Penghasil Kain Tenun Songket Aceh
Selain tenun
ikat, tenun songket juga banyak diburu oleh pecinta kain nusantara. Kain tenun
yang menggunakan benang tambahan berupa benang emas atau perakini,
banyak terdapat di daerah Sumatera. Salah satunya adalah Aceh.
Jika berkunjung ke Aceh, datanglah ke Desa Siem. Desa ini terletak di Kecamatan Darussalam, sekitar 30 menit dari Banda Aceh dengan mengendarai mobil. Dari sekian banyaknya penghasil Songket di Sumatera, Desa Siem menjadi satu-satunya desa penghasil kain tenun di Aceh, yang masih bertahan.
Usaha tenun songket Aceh bermula tahun 1973. Saat itu ada seorang perempuan yang sangat peduli pada kain warisan nenek moyang ini. Dia bertekad untuk terus melestarikan kain tenun songket, dan mulai mendirikan usaha. Nama perempuan itu adalah Maryamun, yang biasa dipanggil Nyak Mu.
Jika berkunjung ke Aceh, datanglah ke Desa Siem. Desa ini terletak di Kecamatan Darussalam, sekitar 30 menit dari Banda Aceh dengan mengendarai mobil. Dari sekian banyaknya penghasil Songket di Sumatera, Desa Siem menjadi satu-satunya desa penghasil kain tenun di Aceh, yang masih bertahan.
Usaha tenun songket Aceh bermula tahun 1973. Saat itu ada seorang perempuan yang sangat peduli pada kain warisan nenek moyang ini. Dia bertekad untuk terus melestarikan kain tenun songket, dan mulai mendirikan usaha. Nama perempuan itu adalah Maryamun, yang biasa dipanggil Nyak Mu.
Tentang Kami
Songket Aceh Nyak Mu merupakan produk kain tenun khas tradisional Aceh dengan kualitas terbaik. Kain tenun Songket Aceh Nyak Mu dikerjakan oleh para pengrajin yang sangat terampil dari Desa Siem, Aceh Besar yang telah mewarisi keahlian membuat songket tersebut secara turun temurun.
Songket Aceh Nyak Mu menawarkan beragam warna dan motif yang sangat khas dan menarik (kurang lebih 52 motif). Songket Aceh Nyak Mu sangat diminati banyak kalangan oleh karena keindahan hasil tenunannya.
Untuk pemesanan bisa menghubungi kami:
Mobile/Handphone: 085260329541 (Bapak Ansari)
Facebook: https://www.facebook.com/pages/Songket-Aceh-Nyak-Mu/292525567583678
Twitter: https://twitter.com/songketnyakmu
E-mail: songket.nyakmu@gmail.com
Songket Aceh Nyak Mu menawarkan beragam warna dan motif yang sangat khas dan menarik (kurang lebih 52 motif). Songket Aceh Nyak Mu sangat diminati banyak kalangan oleh karena keindahan hasil tenunannya.
Untuk pemesanan bisa menghubungi kami:
Mobile/Handphone: 085260329541 (Bapak Ansari)
Facebook: https://www.facebook.com/pages/Songket-Aceh-Nyak-Mu/292525567583678
Twitter: https://twitter.com/songketnyakmu
E-mail: songket.nyakmu@gmail.com
Langganan:
Postingan (Atom)